Renungan Santri : Dimanakah Engaku Akan Menemukan Kebahagiaan? ( أيْنَ سَعَادَة )
Bismillah,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن
ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ
أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang
mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.
(QS.Anahl 97)
Saudaraku ihkwani ahkwati fillah, Ketika memperhatikan orang lain
bergelimang kedunyaan berupa kemewahan, harta yang melimpah, dengan beberapa
mobil, rumah dan kedunyaan lainya, kerap lisan yang salah sering berujar ”
Bahagia sekali orang itu! setiap apa yang diingini mudah didapati dan apa yang
dia dapati melebihi kebutuhanya dalam hal jasmani” atau disisi lain kita
melihat salah seorang teman kita yang mempunyai karir yang menanjak menuju
kesuksesan. dan dalam hati sering ada kata” Bahagia sekali teman itu, setip
usaha yang dilakukan selalu mendapatkan kemudahan.
Kalau kita fahami secara lahiriah, orang orang seperti diatas kelihatan
sangat bahagia, akan tetapi apakah persangkaan kita selalu sama dengan apa yang
sebenarnya mereka rasakan, dan ternyata tak selebihnya itu benar karena
realitanya tak sedikit orang kaya justru dihantui rasa ketakutan dan tak
sedikit pula orang orang yang sukses dalam karirnya selalu menmpakkan
kecemasan, Dua perasaan ketakutan dan kecemasan adalah bagian dari perasaan dan
ungkapan ketidak bahagiaan,lalu kita bertanya dimanakah letak kebahagiaan ?
Wahai sauadaraku yang mulai tertatih mengenal islam, wahai saudaraku
yang mulai meningkat rasa keyakinan untuk mengenal Alloh. Janganlah kita
tertipu dengan penglihatan lahiriah yang dihiasi syetan dengan tipuan hayalan
dan keindahan, karena dunia ini tak layak bagai sesuatu yang teramat menipu
penglihatan lahiriah kita dan memperdaya dengan bisa yang melalaikan dan
memabukan. Apakah tidak tertutup kemungkinan dan sangatlah mungkin dibalik
kemewahan hidup tersirat rasa ketakutan yang sangat dibalik tawa dan
berbangganya mereka dengan kedunyaan tersibak kesedihan dan kepahitan yang kita
tak ketahui, Mungkinkah tawa para pecinta kedunyaan hanya untuk menutupi
kegundahan hatinya?
Banyak dari mereka tersenyum manis tapi hatinya menagis,
Dan tak sedikit pula orang tertekun kelihatan tenang tapi kejiwaan dan
ruhaninya tertekan,
Begitu banyak pemandangan selintas menyenangkan padahal pada hakikatnya
sangat menyayat hati dan menyedihkan,
Banyak orang mengira pemandangan itu adalah madu yang berkasiat dan
mengenakkan akan tetapi hakikatnya empedu pahit yang memuakkan,
dan tak sedikit pula bahwa laknat dikira nikmat, Lalu dimanakah letak
kebahagiaan ?
Saudaraku yang dirahmadti Alloh, Sejak mulai zaman kelahiran kita hingga
kematian nanti semua manusia berusaha memunculkan kebahagiaan dalam dirinya,
dia berkorban waktu, jiwa, harta bahkan nyawa untuk meraih yang berjuluk
kebahagiaan ini, Maka mari kita fahami sejauh apapun kita berkorban dan apaun
pengorbanan kita tak akan sampai untuk mengejar kebahagiaan ini kalaulah tolak
ukurnya adalah keduniaan. Sebab sifat keduniaan tak ada kepuasan dan
ketidakpuasan inilah merupakan penyebab utama serta penghalang munculnya
kebahagiaanAhkiranya mari kita ketahui solusi yang tepat untuk meraih
kebahagiaan yaitu sikap Qonaah (Puas Apa Adanya Dengan Anugerah Alloh) dengan
dan hanya berharap kepadanya terhadap apa apa yang Alloh berikan dan tetapkan,
Rasulullah Menyebutkan:
وعن عبد الله بن عمرو رضي
الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال قد أفلح من أسلم ورزق كفافا وقنعه
الله بما آتاه رواه مسلم
“Sungguh
berbahagialah orang yang masuk Agama Islam dan diberi rezeki cukup serta
dikaruniai sifat qana’ah oleh Allah dengan apa-apa yang diberikan kepadanya
itu.”
(Riwayat Imam Muslim)
Mereka yang mempunyai sifat qonaah ini senantiasa tenang hatinya karena
dikuatkan dengan Kalam Robnya :
وَمَا مِن دَآبَّةٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ
مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّۭ فِى كِتَٰبٍۢ مُّبِينٍۢ
Dan tidak ada suatu
binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia
mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya
tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).
(QS. Hud ayat 6)
Orang yang Qona’ah dengan pemberian Alloh jiwanya akan tentram dan
kesyukuran terucap dari lisan dan perbuatan, karena dalam hatinya tak pernah
menuntut terhadapap sesuatu yang Alloh tak takdirkan buat dirinya, dan tak
melirik terhadap orang yang diatasnya dimana dia dikarunia lebih dengan
kedunyaan, tapi hatinya selalu tergerakkan dan melirik kepada para hamba yang
dikarunia iman danIslam dengan terangnya jalan yang mereka lalui (Manhaj
Salaf), tentu semua ini tak mungkin hadir begitu saja melainkan ada faktor
utama yang mendorongnya, Dan mau taukah wahai kalian saudaraku faktor itu ialah
keyakinan yang benar, faktor itu adalah keimanan yang benar yang disertai amal
amal yang dituntunkan (Rosul) dan diniatkan dengan keihlasan kepada Alloh aza
wa jalla semata sebagai Rob Pemilik kebahagiaan.
Sahabat fillah, orang orang yang tak ada padanya keimanan yang benar
akan selalu menderita dan hampa dalam hidupnya karena kekosongan ruhani telah
menipis, dan sebaliknya hamba hamba yang beriman akan selalu diliputi kesenagan
dan kebahagiaan dalam hidupnya karena puncak harapan hanya kepada Alloh dan
Rasul-nya serta para Pengikut2-Nya, dan dengan keimanan dan keyakinan pula
semua gerak dan indera tertuju untuk kebenaran dan kebaikan yang Alloh anjurkan
denganya, dengan begitu keimana akan senantiasa bertambah karena ketaatan yang
selalu dia lakukan, sehingga hakikat penciptaan dan penghampaan akan terpenuhi
sehingga tiada yang membahagiakan dalam dirinya kecuali hal hal seperti ini.
Ibnu Qayim Aljauziyah berkata” Iman adalah jantung Islam dan intinya,
sebagaimana keyakinan merupakan qalbu iman dan isinya, setiap ilmu dan amal
yang tidak menambah iman dan keyakinan adalah rusak, dan setiap iman yang tak
melahirkan amal perbuatan adalah lapuk”
Serta beliau menambahkan”Diantara ciri ciri kebahagiaan dan
keberuntungan adalah setiap seseorang hamba bertambah ilmunya, maka bertambah
pula sifat tawadhu’nya serta kasih sayangnya, Setiap kali bertambah amalnya,
bertambah pula rasa takut dan kewaspadaanya, dan ketika umurnya bertambah tua
maka berkuranglah kerakusannya terhadap dunia.
Begitulah saudaraku, semoga Alloh menghadirkan sifat qonaah dalam diri
ini, dan menhadirkan pula kezuhudan, kerendahan hati dan rasa hormat dan sayang
terhadap sesama dengan begitu Secara tidak sadar keyakinan kita kepada Alloh
akan bertambah sehingga kebenaran dan kebaikan akan selalu dimunculkan dalam
hati, lisan, dan perbuatan. sehingga tak terbesit lagi dalam hati ini rasa
tidak puas dalam diri serta denganya kebenaran, kesabaran, keridhloan, ketak
tergesaan, serta kekusyukan akan kita tempati karena denganya ahlak yang baik
ini jalan kebahagiaan akan didapati, Insyalloh, Allohua’lam Bishowab.
Firdaus Ridwan
(www.alvirdaus.blogspot.com)
Renungan Santri : Dimanakah Engaku Akan Menemukan Kebahagiaan? ( أيْنَ سَعَادَة )
Reviewed by Pangeran Dari Edolas
on
23.28
Rating:

Tidak ada komentar: